Genzi.web.id - Seiring dengan berkembangnya dunia kerja, dua kelompok generasi besar—Generasi Z (lahir 1997-2012) dan Milenial (lahir 1981-1996)—mulai mendominasi dan membentuk lanskap pekerjaan saat ini. Masing-masing generasi ini membawa perspektif unik, gaya kerja, dan sikap yang memengaruhi cara perusahaan beroperasi, berkolaborasi, dan berkembang. Meskipun keduanya dianggap sebagai generasi yang mahir teknologi, ada perbedaan signifikan dalam cara mereka bekerja dan harapan mereka di lingkungan profesional.
1. Stabilitas Kerja vs. Fleksibilitas
Salah satu perbedaan utama antara Gen Z dan Milenial adalah pendekatan mereka terhadap stabilitas kerja dan pertumbuhan karier. Milenial, yang memulai karier mereka saat krisis keuangan global atau setelahnya, cenderung mengutamakan stabilitas pekerjaan dan pertumbuhan jangka panjang. Banyak dari mereka menyaksikan ketidakstabilan ekonomi, yang membentuk keinginan mereka untuk memiliki pekerjaan yang aman dan jenjang karier yang stabil di perusahaan.
Menurut laporan Gallup, meskipun Milenial terbuka untuk berpindah pekerjaan, mereka cenderung lebih berkomitmen pada perusahaan yang memberikan peluang pengembangan profesional dan stabilitas finansial. Sekitar 60% Milenial bersedia berganti pekerjaan, namun mereka melakukannya dengan hati-hati, mencari lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan menawarkan stabilitas (Gallup).
Sebaliknya, Generasi Z lebih mengutamakan fleksibilitas dan keseimbangan kerja-hidup. Tumbuh dalam era digital dengan akses ke alat kerja jarak jauh, Gen Z lebih bersedia berganti pekerjaan atau bekerja di ekonomi gig (pekerjaan freelance) demi menemukan peran yang sesuai dengan nilai dan gaya hidup mereka. Sebuah studi dari LinkedIn menunjukkan bahwa pekerja Gen Z mengutamakan fleksibilitas dalam hal di mana, kapan, dan bagaimana mereka bekerja. Penelitian ini mengungkapkan bahwa karyawan Gen Z cenderung meninggalkan perusahaan yang tidak menawarkan fleksibilitas yang cukup atau kesempatan untuk mengintegrasikan kehidupan pribadi mereka dengan pekerjaan (LinkedIn Workplace Culture Report).
2. Preferensi Komunikasi: Kanal Digital vs. Formal
Perbedaan besar lainnya antara Gen Z dan Milenial terletak pada metode komunikasi yang mereka sukai. Milenial sering berada di antara komunikasi formal dan digital. Mereka nyaman menggunakan email dan platform pesan instan seperti Slack untuk urusan kerja, tetapi juga menghargai formalitas dan struktur dari korespondensi bisnis tradisional.
Sebaliknya, Generasi Z tumbuh dengan media sosial, aplikasi pesan singkat, dan budaya komunikasi real-time. Mereka lebih memilih komunikasi yang cepat, efisien, dan visual. Platform seperti WhatsApp, Snapchat, dan aplikasi pesan video lebih dikenal bagi mereka, dan sering kali mereka berharap saluran ini menjadi bagian dari komunikasi profesional. Sebuah laporan dari The Center for Generational Kinetics menyoroti bagaimana penggunaan platform ini oleh Gen Z menciptakan harapan mereka akan komunikasi yang cepat dan singkat di tempat kerja, mencerminkan interaksi digital pribadi mereka yang cepat (Center for Generational Kinetics Report).
Milenial, sebaliknya, lebih menyukai keseimbangan antara komunikasi digital dan tatap muka, terutama untuk pertemuan penting atau diskusi sensitif. Mereka menghargai komunikasi terbuka dengan pemimpin mereka dan mengharapkan budaya kerja yang transparan serta kolaboratif.
3. Harapan Terhadap Kepemimpinan: Mentorship vs. Kemandirian
Dalam hal kepemimpinan dan umpan balik, Milenial berkembang dengan adanya umpan balik yang terus menerus dan kepemimpinan kolaboratif. Mereka mencari pemimpin yang bertindak lebih sebagai mentor, memberikan bimbingan dan nasihat karier secara teratur. Milenial menghargai pemimpin yang bisa mendukung perkembangan mereka baik secara pribadi maupun profesional, dan mereka menginginkan lingkungan di mana kolaborasi dan kerja tim menjadi prioritas.
Sebaliknya, Gen Z jauh lebih mandiri dalam pendekatan mereka terhadap kepemimpinan. Mereka menghargai otonomi dan mencari pemimpin yang memberi mereka ruang untuk berinovasi dan memecahkan masalah sendiri. Sebuah studi yang diterbitkan oleh Forbes menyoroti bahwa karyawan Gen Z lebih suka bekerja dengan manajer yang memberikan arahan yang jelas tetapi membiarkan mereka mengeksplorasi dan mengembangkan solusi secara mandiri (Forbes).
4. Integrasi Teknologi: Native Digital vs. Tech Adopters
Baik Gen Z dan Milenial sangat akrab dengan teknologi, namun hubungan mereka dengan teknologi memiliki perbedaan yang bermakna. Milenial, yang tumbuh selama masa berkembangnya internet dan teknologi mobile, mahir dalam beradaptasi dengan alat-alat baru tetapi harus belajar saat teknologi-teknologi ini muncul.
Sebaliknya, Generasi Z dianggap sebagai native digital sejati. Mereka tidak pernah mengenal dunia tanpa ponsel pintar, media sosial, atau layanan streaming, yang membuat mereka sangat terampil dalam menjelajahi berbagai platform digital secara bersamaan. Karyawan Gen Z mengharapkan tempat kerja yang sepenuhnya terintegrasi dengan alat-alat teknologi terbaru, dan mereka lebih memilih perusahaan yang mengutamakan inovasi digital.
5. Sikap Terhadap Keseimbangan Hidup-Kerja dan Kesehatan Mental
Keseimbangan kerja-hidup adalah isu penting bagi kedua generasi, tetapi cara mereka mencapainya berbeda. Milenial sering melihat keseimbangan kerja-hidup sebagai cara untuk mempertahankan kepuasan karier jangka panjang. Mereka mengutamakan pekerjaan yang menawarkan cuti berbayar, jadwal fleksibel, dan kemampuan untuk melepaskan diri setelah jam kerja.
Generasi Z, di sisi lain, lebih menekankan pentingnya kesehatan mental dan kesejahteraan secara keseluruhan. Banyak dari mereka secara vokal menuntut adanya sumber daya kesehatan mental dari perusahaan. Deloitte juga mengungkapkan bahwa Gen Z lebih cenderung meninggalkan pekerjaan yang berdampak buruk pada kesehatan mental mereka (Deloitte Millennial and Gen Z Survey).
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai dampak perbedaan generasi ini di tempat kerja, kamu bisa melihat insight lebih lanjut tentang Gen Z dan Milenial di sini.