Apakah Gen Z Benar-Benar "Lembek" atau "Lebay"? Menelusuri Fakta di Baliknya

Genzi.web.id - Generasi Z, sering disingkat Gen Z, lahir antara tahun 1997 dan 2012. Mereka tumbuh di era digital dengan akses ke internet yang lebih mudah dibandingkan generasi sebelumnya. Di tengah perubahan ini, muncul pandangan bahwa Gen Z dianggap sebagai generasi yang lebih rapuh, seringkali disebut "lembek" atau bahkan "lebay." Namun, apakah anggapan ini benar? Artikel ini akan menggali lebih dalam mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pandangan tersebut, sekaligus menelusuri data dan fakta yang mendasarinya.

Kesadaran Kesehatan Mental di Kalangan Gen Z

Salah satu alasan utama mengapa Gen Z sering dianggap "lembek" adalah tingginya perhatian mereka terhadap kesehatan mental. Generasi ini lebih terbuka dalam membahas isu-isu seperti kecemasan, depresi, dan stres. Ini berbeda dengan generasi sebelumnya, yang mungkin merasa tabu untuk berbicara tentang kesehatan mental secara terbuka.

Menurut laporan dari American Psychological Association (APA), 91% dari Generasi Z melaporkan mengalami setidaknya satu gejala fisik atau emosional akibat stres, seperti kecemasan atau depresi. Bandingkan dengan Generasi Milenial, di mana persentase yang melaporkan gejala serupa jauh lebih rendah. Kesadaran yang tinggi terhadap kesehatan mental ini sering kali disalahartikan sebagai tanda kelemahan, padahal sebenarnya ini adalah refleksi dari sikap yang lebih terbuka dan inklusif terhadap kesehatan pribadi.

Selain itu, penelitian dari Pew Research Center menunjukkan bahwa 70% Gen Z merasa bahwa kesehatan mental adalah masalah utama bagi generasi mereka. Pandangan ini jelas menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan generasi sebelumnya, seperti Baby Boomers atau Generasi X, yang mungkin lebih cenderung menyembunyikan perasaan mereka atau menekan masalah emosional.

Namun, keterbukaan Gen Z terhadap kesehatan mental sering dilabeli sebagai "lebay" oleh generasi lain yang tidak terbiasa dengan ekspresi emosional yang jujur. Label ini muncul karena banyak orang yang melihat tindakan seperti berbicara tentang perasaan, mencari terapi, atau bahkan sering menggunakan media sosial untuk berbagi pengalaman emosional sebagai hal yang berlebihan. Di sinilah istilah gen z lebay seringkali muncul, yang menggambarkan persepsi negatif terhadap sikap terbuka Gen Z terhadap kesehatan mental mereka.

Tekanan Ekonomi yang Berbeda

Tidak hanya kesehatan mental, Gen Z juga dihadapkan pada tantangan ekonomi yang berbeda dari generasi sebelumnya. Pandemi COVID-19 telah mempengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk ekonomi global. Berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat, tingkat pengangguran untuk anak muda berusia 16-24 tahun meningkat hingga 14.7% pada tahun 2020. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat pengangguran pada generasi sebelumnya pada usia yang sama.

Selain itu, Gen Z juga menghadapi tantangan dalam mengakses perumahan yang terjangkau dan stabilitas pekerjaan, yang semakin membuat mereka merasa tertekan. Dalam sebuah survei oleh Bank of America, ditemukan bahwa 70% dari Generasi Z merasa khawatir tentang prospek keuangan mereka di masa depan, dengan banyak di antaranya merasa bahwa mereka mungkin tidak akan mampu memiliki rumah seperti generasi sebelumnya.

Tekanan ekonomi ini sering tidak dilihat oleh generasi yang lebih tua, yang mungkin mengalami stabilitas ekonomi yang lebih baik saat mereka berada di usia yang sama. Akibatnya, saat Gen Z menyuarakan keprihatinan mereka tentang ekonomi dan masa depan, pandangan ini sering diabaikan atau dilabeli sebagai sikap yang berlebihan atau "lebay."

Pengaruh Media Sosial terhadap Gen Z

Gen Z adalah generasi pertama yang tumbuh di era media sosial. Mereka tidak hanya mengakses internet untuk hiburan, tetapi juga untuk mendapatkan informasi, berinteraksi dengan teman, dan membangun identitas diri. Namun, eksposur yang tinggi terhadap media sosial juga berkontribusi pada meningkatnya tingkat kecemasan dan perbandingan sosial di kalangan mereka.

Menurut laporan dari The Royal Society for Public Health, media sosial dapat memiliki dampak negatif terhadap kesehatan mental, terutama di kalangan anak muda. Platform seperti Instagram dan TikTok sering kali memperkuat standar kecantikan yang tidak realistis dan mempromosikan gaya hidup yang mungkin sulit dijangkau oleh kebanyakan orang. 40% Gen Z melaporkan bahwa mereka merasa lebih tidak percaya diri tentang penampilan mereka setelah menggunakan media sosial, sementara 37% merasa tekanan untuk tampil "sempurna" di platform ini.

Perbandingan sosial yang konstan ini bisa menyebabkan perasaan tidak cukup baik atau tidak memenuhi ekspektasi masyarakat. Ketika Gen Z merespons tekanan ini dengan mengekspresikan rasa frustrasi atau kecemasan mereka, generasi sebelumnya cenderung menilai mereka sebagai generasi yang mudah "meledak" atau "lebay."

Stereotip "Lembek" dan Realitas Gen Z

Label "lembek" yang sering diberikan kepada Gen Z tidak sepenuhnya adil. Realitas yang dihadapi oleh generasi ini jauh lebih kompleks. Selain tekanan ekonomi, kesehatan mental, dan pengaruh media sosial, mereka juga harus menghadapi perubahan besar dalam dunia kerja dan pendidikan akibat pandemi. Menurut sebuah studi oleh Deloitte, Gen Z adalah generasi yang paling adaptif, dengan banyak dari mereka yang bekerja dari rumah atau belajar secara daring selama pandemi, yang membutuhkan keterampilan baru dan ketahanan mental.

Namun, stereotip bahwa Gen Z mudah menyerah atau terlalu sensitif masih kerap muncul. Hal ini diperparah oleh pandangan yang kurang memahami bahwa generasi ini lebih terbuka terhadap perubahan dan lebih peduli pada kesejahteraan mental mereka dibandingkan generasi sebelumnya.

Stereotip ini juga diperkuat oleh narasi di media yang sering kali menggambarkan Gen Z sebagai generasi yang "manja" atau terlalu banyak menuntut. Padahal, keterbukaan mereka terhadap isu-isu penting seperti kesehatan mental, keadilan sosial, dan perubahan iklim menunjukkan bahwa mereka justru peduli pada masa depan yang lebih baik dan lebih adil.

Daripada melihat Gen Z sebagai generasi yang "lembek" atau "lebay", kita seharusnya mengapresiasi keterbukaan mereka terhadap isu-isu yang relevan dengan kehidupan modern. Gen Z menghadapi tantangan yang berbeda dari generasi sebelumnya, dan cara mereka menanggapi tantangan tersebut—termasuk dengan lebih fokus pada kesehatan mental, adaptasi terhadap ekonomi yang sulit, dan kesadaran sosial—seharusnya dianggap sebagai kekuatan, bukan kelemahan.

Dengan memahami latar belakang ini, kita dapat menghargai upaya Gen Z dalam membangun kehidupan yang lebih seimbang dan bermakna. Label "lembek" dan "lebay" mungkin lebih mencerminkan ketidakpahaman masyarakat terhadap perubahan budaya yang sedang terjadi, daripada karakteristik sebenarnya dari generasi ini.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak